Bacaan Pertama, Ul 4:1-2.6-8
Bacaan Kedua, Yak 1:17-18.21b-22.27
Bacaan Injil Mrk 7:1-8.14-15.21-23
Bapa
ibu saudara-saudari yang dikasihi Tuhan …
Hari
ini kita merayakan Hari Minggu Biasa XXII. Allah melalui bacaan-bacaan Suci
hari ini mengingatkan kita akan kasih-Nya yang begitu besar kepada umat-Nya dan
mengundang kita sekalian untuk tetap berpegang teguh pada ajaran-Nya. Sebab ajaran-Nyalah
yang dapat menghantar kita pada keselamatan.
Bapa
ibu saudara-saudari yang dikasihi Tuhan …
Dalam
hal mengasihi atau saling cinta, tentu ada satu dua kesepakatan, komitmen yang
harus ditaati agar hubungan kasih itu tetap terjaga. Aturan atau kesepakatan
ini bersifat mengikat dan wajib untuk dilaksanakan dengan penuh Ikhlas dan
sukacita. Dengan kata lain agar hubungan itu tetap harmonis dan lenggeng sampai
kapanpun maka hal-hal yang merusak dan merugikan perlu dihindari.
Persis
seperti itulah yang dikehendaki Allah terhadap umat-Nya. Dalam bacaan pertama
kita dengar, “Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang
kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta
menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu. Janganlah
kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya.
Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan
akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan
ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana
dan berakal budi.”
Dengan
berpegang teguh pada ketetapan Allah maka hidup kita aman dan Allah senantiasa
memberkati kita dengan Rahmat-Nya yang berlimpah. Jika kita menjadikan
ketetapan Allah sebagai pedoman hidup maka, maka kita akan menjadi orang
bijaksana. Segala hal yang kita lakukan dan katakan dapat kita
pertanggungjawabkan apabila kita dikuasai oleh Roh Allah. Kebaikan dan teladan
hidup yang baik akan menghantar orang di sekitar kita merasakan kehadiran Allah
yang nyata. Dengan demikian mereka pun akan turut mengagumi Allah dan dengan
penuh harap akan kuasa Allah hidup mereka pun diubah.
Selanjutnya,
Roh Allah yang diam dalam diri kita akan mengilhami hati dan pikiran kita
sehingga apa yang keluar dari mulut kita senantiasa membawa sukacita bagi orang
lain. Firman Allah yang tertanam di hati kita perlu dirawat dengan terus berjuang
mengendalikan diri dan membatasi diri untuk tidak terjun ke hal-hal yang merugikan
diri sendiri, sesame, dan alam sekitar kita.
“… buanglah
segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah
dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
Sabda
Allah itu menyelamatkan. Jika kita mendengar firman-Nya dan melaksanakan, maka
kita telah memenuhi perintah-Nya. “… hendaklah kamu menjadi pelaku firman
dan bukan hanya pendengar saja;”
Mendengarkan
saja tidak cukup. Menghayati apa yang didegar dengan perbuatan nyata dan
konkrit itu jauh lebih baik dan mulia serta yang dikehendaki Allah sendiri.
Bapa-ibu,
saudara-saudari yang terkasih ….
Metode
pewartaan yang paling baik dan paling ampuh adalah melalui keteladanan dan
kesaksian hidup yang nyata. Mari kita menjadi pewarta Allah yang penuh
integritas, yang melakukan apa yang kita katakan dan mengatakan apa yang sudah
kita lakukan. Dengan itu, kita pantas disebut sebagai “garam dan terang” bagi sesama.
Semoga.
Amin.
Mbata, 30 Agustus 2024
Isfridus Syukur, S.Fil
Penyuluh Agama KatoliK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar